Wednesday, February 20, 2013

Kelas Inspirasi (D-day)


May day! Mayday! It’s D-day!

Dan rencana awal berangkat pk.5 subuh bubar jalan karena aku kesiangan. Anggapan  semua rencana rusak kalau hari dimulai sudah terlambat membayang terus di pikiran. Jadilah pagi tadi aku panik dan terburu-buru pergi. Untung diantar suami pakai mobil dan seperti biasa, suamiku ini tidak ikutan panik jadi aku akhirnya bisa tenang juga. Semua perlengkapan mengajar sudah siap dari malam sebelumnya. Padahal aku benci sekali kalau datang terlambat. Sialnya kok pas hari ini sih telatnya, bukan saat observasi yang malah datang kepagian waktu itu.

Jadilah aku melewatkan kesempatan bertemu dengan pak Anies Baswedan yang berkunjung ke sekolah itu. Untung saja, aku baru mulai mengajar di mata pelajaran kedua, pk. 8.15 WIB. Setelah mengatur nafas karena musti bawa tas yang berat dan naik ke lantai atas setengah berlari, setiba di depan kelas 1 B, masih ada Binbin yang mengajar. Sepertinya kelas Binbin seru banget, karena ada permainan untuk memperkenalkan mata uang berbgai negara karena Binbin kerja di bank.

Deg-deg-deg.

Apa yang akan terjadi di dalam sana saat aku mengajar ya? Aku mencoba mengamati situasi. Masih ada 15 menit lagi. Sambil mengatur napas yang menderu, aku perhatikan anak-anak kelas 1 kok bebas hilir mudik keluar-masuk kelas ya. Ada yang malah dengan cueknya keluar kelas lalu minum dan ngemil. Pamitannya sih mau ke kamar kecil, tapi pasti ada yang curi-curi beli jajanan di lantai bawah.

Tibalah saatnya mengajar!

Binbin sudah selesai. Kelas kembali riuh. Aku pun masuk ke kelas 1 B. Sebelumnya aku sudah dapat informasi dari seorang guru kalau di sekolah ini tiap kelas ada Anak Berkebutuhan Khusus. Dan saat masuk kelas aku lihat ada anak duduk paling depan dekat pintu.

“Selamat pagi anak-anak! Kalau saya bilang halo, kalian jawab hai, ya!” sapa saya mencoba seramah mungkin.
“Halo! “seruku sambil melambaukan tangan. Anak-anak menyapa dengan semangat,”Hai!”


Lalu mulailah perkenalan, dan bikin aturan kelas supaya aktivitas berjalan tertib. Menulis namaku dulu di whiteboard, tebak-tebakan profesi, dan menjelaskan sedikit tentang pekerjaanku sebagai ilustrator. Aku juga sempat membagikan post-it-note warna warni supaya mereka bisa tuliskan nama dan cita-cita mereka.

Salah satunya ada yang tulus sekali, dan bikin aku berlinang airmata saat membacanya, ditulis oleh Raisya, yang ingin jadi mama. Duh nak, keinginanmu sederhana sekali tapi mulia :D

Karena kupikir ini anak-anak kelas 1 SD cenderung tidak tertib, sepertinya banyak bicara di depan kelas tidak akan efektif. Jadi aku mengeluarkan rencana main game gambar saja. Bye bye lesson plan!

Tiap kelompok kubagi berdasarkan kolom/row mejanya. Dan tiap kelompok harus menjawab pertanyaanku soal bentuk tokoh komik atau kartun atau film anak-anak. Ini untuk mengetes sejauh mana tiap anak mengingat gambar karakter tertentu. Pertanyaanku soal Dora Emon, Hello Kity mudah dijawab mereka. Soal karakter Princess di Disney juga mereka bisa jawab. Cuma ampun deh ya, bocil-bocil ini banyak yang belum mengerti konsep antri. Aku harus sabar-sabar memutar badan mereka agar trus kembali duduk sampai aku selesai dengan kelompok lain.

Dan 35 menit itu ternyata sebentar ya! Rasanya masih banyak yang mau kusampaikan tapi sudah bunyi bel istirahat. Jadilah aku berkumpul denga teman relawan guru lainnya. Kami berbagi pengalaman, dan rata-rata memang kewalahan mengajar anak kelas 1 dan kelas 2. Hihi..

Istirahat mau usai, aku harus pindah ke kelas 4 yang ada di lantai dua. Aku harus bergegas karena mau menghindari kerumunan anak-anak yang pastinya akan berlarian naik ke atas. Benar saja, baru sampai lantai dua, sudah disalip segerombolan anak-anak laki yang berlari sambil dorong-dorongan.

Masuk ke kelas 4B, ternyata anak muridnya cuma 20-an saja, ngga sebanyak kelas 1. Semuanya duduk tertib dan menunggu dengan sabar saat aku masuk dan memperhatikan dengan seksama saat aku mengeluarkan ‘perlengkapan perang’. Di kelas ini, aku bisa lebih banyak bercerita tentang ilustrator, cara kerja, dan bagaimana menjadi ilustrator. Anak-anaknya aktif bertanya, dan semangat banget saat diperlihatkan gambar-gambar proses pengerjaan sampul buku. Kebetulan aku menggunakan contoh saat mengerjakan sampul buku The Help, mulai dari sketsa sampai buku jadinya.

Sempat main game kelompok juga untuk kelas 4 ini, permainannya lebih menantang, contoh soalnya kurang lebih seperti terlihat di atas. Anak-anak ternyata bisa dan terus minta lagi soalnya!

Jam pelajaran berikutnya aku harus turun ke lantai bawah lagi, karena harus mengajar di kelas 2 B. Anak-anak kelas 2 lebih tertib daripada kelas 1, tapi lebih ekspresif juga. Mereka cukup tertarik saat aku membuka ‘peti ajaib’ untuk memperkenalkan alat-alat menggambar mulai dari palet, kuas, cat air. Mungkin karena baru tahu kuas pun macam-macam bentuk dan kegunaannya.

Mereka juga mudah terdistraksi, jadi supaya kembali fokus saya teringat pesan mas Bobi @paboha untuk memakai trik main tepuk tangan yang seru, setelah mereka asik mengikuti gerakan saya, mereka bisa fokus dan kembali tertarik memperhatikan kelas. Memang benar ya, fokus anak kecil ngga bisa lebih dari 7 menit!

Akhirnya tibalah berpisah!

Terharu juga melihat mereka berhamburan berebut menyalamiku saat pamitan. Semua anak-anak murid di kumpulkan di lantai bawah untuk melepas burung merpati putih untuk closing ceremony kelompok kami. Terimakasih pada pak Riza, DirKeu PGN yang memfasilitasi semuanya.

Sempat ragu juga, karena aku belum pernah memegang merpati sebelumnya. Tapi kupikir, kapan lagi ya, kalau bukan sekarang? Melepas secara simbolis dan berdoa agar cita-cita anak-anak murid ini bisa setinggi mungkin terbangnya.

Kemudian para guru rlawan termasuk Pak Bondan Winarno dirubung fans dadakan dari anak-anak SD yang minta tandatangan, kesan pesan sampai nama akun twitter. Hihihi...Ada anak yang minta twitter-ku lalu pas kutanya nama twittermu apa, dia bilang belum punya. Hahaha!

"Bu,tanda tangan Bu! Bu, no.hape dan twitternya ,Bu!"


Setelah upacara pelepasan merpati berjalan lancar, Kepala Sekolah mengumpulkan kami, relawan pengajar di sebuah aula. Sedikit basa-basi dan ucapan terima kasih dari Kelas Inspirasi untuk pihak sekolah dan sebaliknya.

Inilah kami,relawan penyebar mimpi,  sesaat sebelum berpisah :) Being inspire, will inspired. Mudah-mudahan usaha kami menyebarkan inspirasi akan berbuah manis suatu hari nanti.


3 comments:

smartie said...

wah, Pak Bondan dengan kostum pandu

Ratih Sari said...

wuaaa,, selamat mbak Anne,, menyenangkan ya,, pasti bikin ketagihan :D

Aranolein said...

Iya, ketagihan nih!

Post a Comment