Sunday, March 10, 2013

Blame it on my youth


If I expected love
When we first kissed
Blame it on my youth
If only just for you
I did exist
Blame it on my youth

I believed in everything
Like a child of three
You meant more than anything
All the world to me

If you were on my mind
All night and day
Just blame it on my youth
If I forgot to eat and sleep and pray
Blame it on my youth

If I cried a little bit
When I first learned the truth
Don't blame it on my heart
Blame it on my youth

If you were on my mind
All night and day
Blame it on my youth
And ifI forgot to eat and sleep and pray
Blame it on my youth

If I cried a little bit
When first I learned the truth
Don't blame it on my heart
Blame it on my youth


Friday, March 8, 2013

When We Dance





"When We Dance" by @aranolein, March 9th, 2013
Menggambar itu terapi. Sungguh :) I love you, Oscar . Thank you for being there.


Mungkin aku belum beruntung jadi ibu, setelah terpaksa meluruhkan janinku. Tapi aku adalah istri yang beruntung karena punya suami yang perhatian, sayang dan lembut hatinya.

Semalam karena ngga betah berbaring menahan sakit, aku minta bantuannya menopang badanku. Kami berdansa pelan-pelan. Ternyata perasaan nyaman meredakan pikiran yang berkecamuk dan membuatku merasa lebih nyaman. Tidak lama, tapi cukup menguatkan dan membuatku tenang.

 I love you, Oscar. Thanks for being there, for me.

Wednesday, March 6, 2013

Aku kuat. Aku sabar. Aku bisa.

UpCouple
Image courtesy of disney pixar
Kegagalan pertama membuatku terpukul. Kegagalan kedua harus membuatku kuat, harus bisa membuatku sabar, dan aku harus tetap semangat.

Ya, hasil ke Obgyn tadi sore akhirnya menunjukkan janinku tidak berkembang. Persis seperti peristiwa kehamilan sebelumnya.

Sedih? Pasti. Di rumah sakit setelah keluar dari dokter aku masih bisa berlaku biasa. Begitu menunggu dekat bagian farmasi, giliran obat selesai, ada anak kecil yang lucu lewat. Dan mataku langsung berkaca-kaca. Oh, sial. Aku tidak siap nangis di tempat umum. Setengah mati menyembunyikan air mata dari Oscar yang sedang mengambil obat. Tapi tentu saja ia tahu. Oscar duduk di sampingku dan mengelus punggungku. 1-2 menit aku hanya terdiam pura-pura sibuk dengan hape.

Setelah aku menarik nafas dan menyusut airmata, kami beranjak pulang.

Wednesday, February 27, 2013

Déjà vu


This moment is mine.
I live for this moment.
I will make the most of this moment.
I choose to be happy.
I am not going to worry about the future.
I am not going to regret the past.
Because I shared my happiness,
And my happiness comes from within me.
I choose to be happy,
For this moment is mine.

(c) Robert Alan

==

Jadi, semalam aku sampai ngunjungi 2 rumah sakit yang berbeda. Pada dasarnya aku ngga mau apriori pada rumah sakit  kecil yang ada di dekat rumah. Toh rumah sakitnya baru, bersih, dan sepertinya profesional. Maka pergilah aku check up kandungan di sana. Pelayanannya lumayan cepat ,dan aku bertemu dr.Ismail.

Aku menceritakan riwayat kehamilan terdahulu yang BO (blighted ovum). Dari hasil USG, janinku berusia 4-5 minggu, tapi ukurannya terbilang kecil, ngga sampai 1 cm untuk ukuran janin seusia itu. Sepertinya dokter agak khawatir dan memintaku kembali lagi 2 minggu ke depan. Aku hanya diberi asam folat dan vitamin yang harus diminum sekali sehari aja. Akhirnya aku pamitan.

Di mobil, Oscar menawarkan untuk cari second opinion. Akhirnya aku berangkat ke BSD, ke rumah sakit terdekat rumah ortu. Kebetulan di sana ada dokter kandungan yang direkomendasikan adik iparku. Sesampai di sana, dokter yang dicari ternyata jadwalnya sudah full sampai Senin. Aaah, mana mungkin tahan cari info sampai beberapa hari ke depan! Aku memutuskan untuk bertemu obgyn siapa aja yang sedang praktek sore itu. Ternyata ada. Tapi aku dan Oscar harus menunggu giliran masuk.

Akhirnya bisa bertemu dengan dr.Reza. Setelah mengulang cerita riwayat kehamilan sebelumnya, aku terus terang aja ke dokter bahwa ini sedang mencari second opinion. Dokter USG perutku lagi, dan menyarankan kalau mau bisa periksa dalam lewat vagina untuk memperjelas pemeriksaan. Aku sih setuju saja. Ternyata saat USG perut, dokter bilang ada Miom Uteri. Miom ini sekitar 3 cm. (Aku heran, kok di dokter sebelumnya ngga ada bilang soal miom ya?). Meski ngga mengganggu kehamilan, sebaiknya diangkat setelah masa kehamilan selesai. Dokter malah lebih concern soal ukuran janin ini. Deg. Aku sedih, artinya aku harus siapin mental lagi buat menyaksikan episode teaser bayi dalam kandungan seperti 4 tahun lalu. Tapi kali ini aku  lebih bertekad apapun yang terjadi, aku harus kuat. Aku harus percaya rencana Tuhan pasti yang terbaik untukku.

Kesimpulan, harus kembali lagi minggu depan ke dr.Reza. Mudah-mudahan si janin bisa bertambah besar minggu depan. Ayo, Nak. Mari sama-sama berjuang!

Tuesday, February 26, 2013

At Last

AT LAST LYRICS
-ETTA JAMES


At last
My love has come along
My lonely days are over
And life is like a song

Oh yeah yeah, at last
The skies above are blue
My heart was wrapped up in clover
The night I looked at you

And I found a dream that I could speak to
A dream that I can call my own
I found a thrill to press my cheek to
A thrill that I have never known

Oh yeah yeah, and you smile, you smile
Oh, and then the spell was cast
And here we are in Heaven
For you are mine at last

---

Beyonce performance is somehow a way better than the late Etta James :)


Mimpi Bayi (lagi)

Kata orang, mimpi itu hanya bunga tidur. Tapi menurutku, mimpi bisa juga jadi pembawa pesan, meski tidak selalu hadir dalam setiap kesempatan.

 Tadi pagi aku mendapat mimpi baik, mimpi yang selalu bikin hatiku senang. Aku terbangun karena mimpi bayi lagi (dulu pernah juga seperti ini, biasanya saat mau punya keponakan). Aku menggendong bayi lucu dan lalu berjalan ke rumah adikku. Di sana sudah ada keponakanku terkecil yang sedang bermain dan ibunya. Yang aku ingat aku hanya memanggil-manggil, “Kakak Utet! Kakak Utet! Ini ada adik bayi..” Dan si kecil Utet berhenti bermain untuk mengecup sang bayi.



 Memang pagi ini aku sudah niat mau pakai test pack, karena seminggu terakhir badanku selalu lemas dan daerah dada suka terasa sakit. Jadilah ritual pagi itu kulakukan lagi sambil tetap harap-harap cemas. Menunggu 30 detik itu terasa menegangkan. Akhirnya satu strip terlihat. Aku sudah mulai menghitung detik berikutnya setelah garis kedua muncul setelah 1 menit. Alhamdulillah! Aku hamil (lagi)! Selang 3 tahun setelah kehamilan terakhir yang gagal dan membuatku bersedih, aku berharap kali ini kehamilanku lebih sehat dan janinku bisa tumbuh dengan baik. Aamiin!

 Ternyata sampai sekarang pun masih suka berkaca-kaca kalau baca blogku yang ini . Memang semua ada waktunya ya.

Thursday, February 21, 2013

Masih tentang Kelas Inspirasi


Timeline twitter saya hari ini masih penuh dengan postingan #KelasInspirasi. Ternyata bukan saya saja yang gagal move on ya, kalau pake istilah anak sekarang. :D

Dahsyat memang, efek ikutan kegiatan positif ini. Mulanya saya ikut karena melihat postingan teman saya Astari, yang memperkenalkan Kelas Inspirasi, sebagai kegiatan turunan dari program Indonesia Mengajar yang diprakarsai oleh Bapak Anies Baswedan.

"Indonesia Mengajar mengundang para profesional yang sukses karena pendidikan untuk turun tangan berbagi cerita dan pengalaman kerja selama sehari di Hari Inspirasi. Cerita tersebut akan menjadi bibit untuk para siswa bermimpi dan merangsang tumbuhnya cita-cita tanpa batas pada diri mereka. Tujuan dari Kelas Inspirasi ini ada dua, yaitu menjadi wahana bagi sekolah dan siswa untuk belajar dari para profesional, serta agar para profesional, khususnya kelas menengah secara lebih luas, dapat belajar mengenai kenyataan dan fakta mengenai kondisi pendidikan kita. " Demikian kutipan dari kelasInspirasi.org.

Partisipasi para relawan dengan rela mengambil cuti sehari dan berbagi pengalamannya bersama anak-anak SD, merupakan partisipasi berbasiskan individu, bukan institusi. Tahun ini ada sekitar 500-an orang yang terpilih dari lebih 1000 pendaftar kelas Inspirasi , menunjukkan bahwa kepedulian dan kesadaran pribadi terhadap pendidikan masih tinggi.

Saya beruntung terpilih dan berkesempatan gabung dengan Kelas Inspirasi 2. Kelas Inspirasi tahun ini dilaksanakan pada 20 Februari 2013 di Jakarta, Surabaya, Pekanbaru, Bandung, Jogja,  Makassar dan Solo.

Mengapa hanya kota besar? Sebenarnya alasannya sederhana, relawan pengajar akan diperlihatkan situasi dan kondisi pendidikan sekolah dasar di kota besar. Melihat kelebihan dan juga kekurangannya. Kalau kekurangannya masih banyak, bisakah dibayangkan kondisi di kota atau tempat yang lebih terpencil?

Misalnya pengalaman saya mengajar kemarin. Sekolah boleh di tengah kota, bangunannya bagus. Tapi tetap saja perpustakaan tidak bisa diakses karena tertutup terus (padahal sungguh, buku adalah jendela dunia!) , jajanan untuk konsumsi anak saat jam istirahat masih kurang sehat, toilet belum berfungsi maksimal (ngga ada air).

Belum lagi bicara soal tujuan mengajar di kelas. Banyak anak-anak kecil yang tidak tahu apa cita-cita mereka. Wajar, memang. Banyak dari mereka hanya bisa mencontek cita-cita yang ditulis oleh teman lainnya. Jadilah di kelas yang sama saya menemukan 10 orang ingin jadi pemain bola, sisanya dokter dan guru. Hanya profesi itu yang mereka kenal. Ada yang menulis ingin jadi Guru Agama dan ditertawakan teman-temannya. Ada yang ingin jadi Mama. Ada yang mau jadi Pemadam Kebakaran. Hanya satu yang terpikir jadi Direktur. Saya bilang, semua cita-cita bagus. Karena itu doa. Dan sebaiknya doa adalah harapan yang baik.

Masih banyak PR- pekerjaan rumah, untuk kita semua. Saya ingin mengetuk hati teman-teman semua. Mudah-mudahan tahun depan lebih banyak lagi yang ikut Kelas Inspirasi. Berbagi mimpi, berbagi cita-cita, berbagi inspirasi.

Visit http://kelasinspirasi.org
Follow twitter: @kelasinspirasi





 
Mixbook - Create Beautiful Photo Books and Scrapbooks! | Start your own Photo Books | Create custom Christmas Cards

Wednesday, February 20, 2013

Kelas Inspirasi (D-day)


May day! Mayday! It’s D-day!

Dan rencana awal berangkat pk.5 subuh bubar jalan karena aku kesiangan. Anggapan  semua rencana rusak kalau hari dimulai sudah terlambat membayang terus di pikiran. Jadilah pagi tadi aku panik dan terburu-buru pergi. Untung diantar suami pakai mobil dan seperti biasa, suamiku ini tidak ikutan panik jadi aku akhirnya bisa tenang juga. Semua perlengkapan mengajar sudah siap dari malam sebelumnya. Padahal aku benci sekali kalau datang terlambat. Sialnya kok pas hari ini sih telatnya, bukan saat observasi yang malah datang kepagian waktu itu.

Jadilah aku melewatkan kesempatan bertemu dengan pak Anies Baswedan yang berkunjung ke sekolah itu. Untung saja, aku baru mulai mengajar di mata pelajaran kedua, pk. 8.15 WIB. Setelah mengatur nafas karena musti bawa tas yang berat dan naik ke lantai atas setengah berlari, setiba di depan kelas 1 B, masih ada Binbin yang mengajar. Sepertinya kelas Binbin seru banget, karena ada permainan untuk memperkenalkan mata uang berbgai negara karena Binbin kerja di bank.

Deg-deg-deg.

Apa yang akan terjadi di dalam sana saat aku mengajar ya? Aku mencoba mengamati situasi. Masih ada 15 menit lagi. Sambil mengatur napas yang menderu, aku perhatikan anak-anak kelas 1 kok bebas hilir mudik keluar-masuk kelas ya. Ada yang malah dengan cueknya keluar kelas lalu minum dan ngemil. Pamitannya sih mau ke kamar kecil, tapi pasti ada yang curi-curi beli jajanan di lantai bawah.

Tibalah saatnya mengajar!

Binbin sudah selesai. Kelas kembali riuh. Aku pun masuk ke kelas 1 B. Sebelumnya aku sudah dapat informasi dari seorang guru kalau di sekolah ini tiap kelas ada Anak Berkebutuhan Khusus. Dan saat masuk kelas aku lihat ada anak duduk paling depan dekat pintu.

“Selamat pagi anak-anak! Kalau saya bilang halo, kalian jawab hai, ya!” sapa saya mencoba seramah mungkin.
“Halo! “seruku sambil melambaukan tangan. Anak-anak menyapa dengan semangat,”Hai!”


Lalu mulailah perkenalan, dan bikin aturan kelas supaya aktivitas berjalan tertib. Menulis namaku dulu di whiteboard, tebak-tebakan profesi, dan menjelaskan sedikit tentang pekerjaanku sebagai ilustrator. Aku juga sempat membagikan post-it-note warna warni supaya mereka bisa tuliskan nama dan cita-cita mereka.

Salah satunya ada yang tulus sekali, dan bikin aku berlinang airmata saat membacanya, ditulis oleh Raisya, yang ingin jadi mama. Duh nak, keinginanmu sederhana sekali tapi mulia :D

Karena kupikir ini anak-anak kelas 1 SD cenderung tidak tertib, sepertinya banyak bicara di depan kelas tidak akan efektif. Jadi aku mengeluarkan rencana main game gambar saja. Bye bye lesson plan!

Tiap kelompok kubagi berdasarkan kolom/row mejanya. Dan tiap kelompok harus menjawab pertanyaanku soal bentuk tokoh komik atau kartun atau film anak-anak. Ini untuk mengetes sejauh mana tiap anak mengingat gambar karakter tertentu. Pertanyaanku soal Dora Emon, Hello Kity mudah dijawab mereka. Soal karakter Princess di Disney juga mereka bisa jawab. Cuma ampun deh ya, bocil-bocil ini banyak yang belum mengerti konsep antri. Aku harus sabar-sabar memutar badan mereka agar trus kembali duduk sampai aku selesai dengan kelompok lain.

Dan 35 menit itu ternyata sebentar ya! Rasanya masih banyak yang mau kusampaikan tapi sudah bunyi bel istirahat. Jadilah aku berkumpul denga teman relawan guru lainnya. Kami berbagi pengalaman, dan rata-rata memang kewalahan mengajar anak kelas 1 dan kelas 2. Hihi..

Istirahat mau usai, aku harus pindah ke kelas 4 yang ada di lantai dua. Aku harus bergegas karena mau menghindari kerumunan anak-anak yang pastinya akan berlarian naik ke atas. Benar saja, baru sampai lantai dua, sudah disalip segerombolan anak-anak laki yang berlari sambil dorong-dorongan.

Masuk ke kelas 4B, ternyata anak muridnya cuma 20-an saja, ngga sebanyak kelas 1. Semuanya duduk tertib dan menunggu dengan sabar saat aku masuk dan memperhatikan dengan seksama saat aku mengeluarkan ‘perlengkapan perang’. Di kelas ini, aku bisa lebih banyak bercerita tentang ilustrator, cara kerja, dan bagaimana menjadi ilustrator. Anak-anaknya aktif bertanya, dan semangat banget saat diperlihatkan gambar-gambar proses pengerjaan sampul buku. Kebetulan aku menggunakan contoh saat mengerjakan sampul buku The Help, mulai dari sketsa sampai buku jadinya.

Sempat main game kelompok juga untuk kelas 4 ini, permainannya lebih menantang, contoh soalnya kurang lebih seperti terlihat di atas. Anak-anak ternyata bisa dan terus minta lagi soalnya!

Jam pelajaran berikutnya aku harus turun ke lantai bawah lagi, karena harus mengajar di kelas 2 B. Anak-anak kelas 2 lebih tertib daripada kelas 1, tapi lebih ekspresif juga. Mereka cukup tertarik saat aku membuka ‘peti ajaib’ untuk memperkenalkan alat-alat menggambar mulai dari palet, kuas, cat air. Mungkin karena baru tahu kuas pun macam-macam bentuk dan kegunaannya.

Mereka juga mudah terdistraksi, jadi supaya kembali fokus saya teringat pesan mas Bobi @paboha untuk memakai trik main tepuk tangan yang seru, setelah mereka asik mengikuti gerakan saya, mereka bisa fokus dan kembali tertarik memperhatikan kelas. Memang benar ya, fokus anak kecil ngga bisa lebih dari 7 menit!

Akhirnya tibalah berpisah!

Terharu juga melihat mereka berhamburan berebut menyalamiku saat pamitan. Semua anak-anak murid di kumpulkan di lantai bawah untuk melepas burung merpati putih untuk closing ceremony kelompok kami. Terimakasih pada pak Riza, DirKeu PGN yang memfasilitasi semuanya.

Sempat ragu juga, karena aku belum pernah memegang merpati sebelumnya. Tapi kupikir, kapan lagi ya, kalau bukan sekarang? Melepas secara simbolis dan berdoa agar cita-cita anak-anak murid ini bisa setinggi mungkin terbangnya.

Kemudian para guru rlawan termasuk Pak Bondan Winarno dirubung fans dadakan dari anak-anak SD yang minta tandatangan, kesan pesan sampai nama akun twitter. Hihihi...Ada anak yang minta twitter-ku lalu pas kutanya nama twittermu apa, dia bilang belum punya. Hahaha!

"Bu,tanda tangan Bu! Bu, no.hape dan twitternya ,Bu!"


Setelah upacara pelepasan merpati berjalan lancar, Kepala Sekolah mengumpulkan kami, relawan pengajar di sebuah aula. Sedikit basa-basi dan ucapan terima kasih dari Kelas Inspirasi untuk pihak sekolah dan sebaliknya.

Inilah kami,relawan penyebar mimpi,  sesaat sebelum berpisah :) Being inspire, will inspired. Mudah-mudahan usaha kami menyebarkan inspirasi akan berbuah manis suatu hari nanti.


Wednesday, February 13, 2013

Kelas Inspirasi (bag.3)


The Butterflies In My Stomach

As I speak to the masses, my mind awhirl,
The butterflies in my stomach beat frantically.
Will I be good enough? Will I be wise?
The butterflies in my stomach beat frantically.
When the crowd sits in silence, when I’ve finished my speech,
The butterflies in my stomach beat frantically.

By Mary Erickson

===

Menjadi orang yang harus presentasi di depan kelas, memang bisa bikin pucat pasi. Sungguh, menjadi guru itu mulia adanya. Selain harus menguasai materi, harus menguasai medan juga. Kalau sudah bisa menyita perhatian anak-anak di kelas pastinya akan lebih mudah.

H-6 menuju Kelas Inspirasi. Aku belum selesai menyusun materi presentasi, boro-boro bikin game yang dipersiapkan untuk kelas yang beda usia. Ternyata menjelaskan apa profesiku ngga mudah kalau harus menggunakan bahasa sederhana. Bahasa yang kupakai masih harus diperbaiki– mengutip komentar keponakanku “Tante terlalu serius”, deskripsi pekerjaan juga masih harus dipikirkan cara yang menarik supaya mudah dicerna anak-anak. H-E-L-P. *menenggelamkan kepala ke tanah ala burung unta*

Lebih susah lagi belajar menyesuaikan waktu dan menghindari ‘mati gaya’ kalau nanti anak-anak  muridnya hanya bengong karena ternyata ngga ngerti, bengong karena bosan atau malah hilang perhatian karena asik sendiri. Dari hasil latihan, aku masih terlalu kaku dan banyak blank-nya. Dua hari terakhir ini keponakan-keponakanku jadi ‘murid-murid bayangan’,  aku masih merasa gagal.

Horor banget membayangkan seandainya di mata anak-anak ini aku hanya orang asing yang tiba-tiba muncul di kelas– out of nowhere–dan ngga jelas ngomongin apa.

Mudah-mudahan besok kalau lebih segar aku bisa perbaiki redaksi dan metode penyampaian materinya. Masa’ sih ngga bisa..dulu pernah jadi guru meski sebentar ngga sampai setahun. Tgl. 20 nanti cuma beberapa jam doang, kok.

Bismillah!

– bersambung –



Melihat video ini jadi terharu, ya?
Betapa mimpi mereka tidak sesederhana yang kita dengar sebenarnya. Perjalanan mereka masih panjang.  Masih harus belajar banyak, menyelesaikan sekolah dasarnya, lalu cari sekolah menengah yang bisa menampung mereka. Berkompetisi jadi yang terbaik di sekolah menengah atas, berjuang supaya bisa lulus dan masuk perguruan tinggi yang sesuai kantong orang tua.

Coba deh ingat lagi ketika kita masih kecil, memiliki mimpi indah menjadi dokter, guru, polisi, atau apapun itu rasanya memang seperti angan-angan yang ngga terbayangkan akan kesampaian.

Apa cita-citamu Nak? Apapun itu mudah-mudahan menjadi doa yang dikabulkan Tuhan, bisa membawa rezeki yang berkah dan baik untuk hidupmu.

Saturday, February 9, 2013

Kelas Inspirasi (bag.2)

Think Big, start small, act now :D

Photo courtesy of Binbin Mariana @binbinmariana


Ini dia penampakan SD-52 yang akan mengajar di SD 01 BenHil 20 Feb.2013 mendatang. Berpose seusai briefing siang tadi, bersama Fasilitator dari Indonesia mengajar, mas Jaim (memang ini panggilannya!).

Profesi kami beragam, ada yang Treasurer Bank dan Diver, Ahli Kuliner, Crafter, GM, Reservoir Engineer, Reporter/Penulis, Manager, kita disatukan dalam kelompok SD-52. Lewat serangkaian acara interaktif yang dirancang panitia KI-2, kami harus cepat saling mengenal satu sama lain.


Briefing siang tadi benar-benar menggugah rasa kebangsaan. Betapa tidak? Menyanyikan lagu Indonesia Raya bersama 800-an orang. Momen langka yang membuatku merinding, menyadari bahwa orang sebanyak ini punya satu tujuan yang sama: berbagi mimpi, berbagi inspirasi.

Photo courtesy of Gina Santika @cinotbelenot


Banyak banget pesan yang bisa diserap dari kata sambutan Anies Baswedan, bahwa saatnya kita memberikan kontribusi nyata buat bangsa ini.

Dan bahwa sesuatu  yang dilakukan yang datang dari hati pasti juga akan sampai ke hati. Apa yang akan kita bagi pada anak-anak SD nanti, mudah-mudahan juga jadi kenangan yang berbekas di hati. Bukan di hati para relawan saja, yang penting di benak tiap anak :)

Bukan ukuran raksasa yg memberikan impact besar,tp ketulusan dan keseriusan yg mengubahkan. Kalimat ini juga masih terngiang di kepala . Kesempatan menjadi agen perubahan. Kesempatan untuk menularkan keberanian untuk menyiram imajinasi dan menumbuhkankreatifitas. Kesempatan untuk melihat banyak profesi yang menyenangkan, dan mungkin mulanya tak terbayangkan. Seperti tweet  Bobby Hartanto, pengajar muda yang tadi beri pengarahan yang menarik untuk sita perhatian anak-anak : Creativity related with curiosity. Huruf pertama dan terakhir C (see) dan Y (why).

Kemarin kami diberi banyak pembekalan yang menarik, yang bisa diaplikasikan kalau nanti sudah turun ke lapangan dan berinteraksi langsung dengan anak-anak.
Mulanya diterangkan Tujuan Program Kelas Inspirasi, 7 Prinsip Kelas Inspirasi, dan Tugas Relawan.
Untuk Tugas Relawan ini dijabarkan lagi tugasnya, mulai dari Persiapan, Pelaksanaan, Tugas Kelompok dan Refleksi.

Panitia KI benar-benar menyiapkan relawan untuk siap membantu sekolah yang didatangi, dan menekankan supaya lewat observasi yang matang sebagai guru tamu yang mengajar sukarela kami tidak akan malah merepotkan aktivitas rutin mereka.

Teknik pengajaran juga harus yang mengandung konsep konkrit, karena anak-anak SD belum bisa berpikir sesuatu yang bantuknya abstrak. Jadi sedapat mungkin kemasan materi konteksnya disesuaikan dengan usia dan dengan cara yang menyenangkan, supaya mereka bisa menerima penjelasan yang diberikan. Cara penyampaiannya juga harus tepat, dan ada trik-trik yang diajarkan saat briefing supaya anak-anak tidak cepat bosan dan tetap fokus. Kemarin juga diajari tips manajemen kelas dengan memanfaatkan Zona Alfa dan Signaling yang seru. Ini tidak mudah, karena anak-anak memang cenderung mudah terdistraksi, tapi hal ini bisa diakali dengan tips manajemen kelas yang menarik, struktur pengajaran B-O-M-B-E-R-B dan metode pengajaran yang tepat.

Melihat dan menjadi dari bagian orang-orang hebat di KelasInspirasi dan bisa berbagi kesempatan ini adalah suatu kehormatan dan pengalaman tersendiri buatku.